Roma (ANTARA News) - Pangeran Victor Emmanuel, putra raja terakhir Italia, ditangkap Jumat sebagai bagian dari penyelidikan mengenai korupsi dan prostitusi, demikian dilaporkan media Italia. Penyelidik mencurigai Victor Emmanuel, putra Raja Umberto II, memiliki hubungan dengan Mafia Sisilia dan membantu mencarikan pelacur bagi tamu judi kasino di Campione d`Italia, sebuah wilayah kantung Italia di kawasan Danau Lugano dekat perbatasan dengan Swiss, kata Kantor Berita Italia ANSA. Pangeran yang berusia 69 tahun itu ditangkap sebagai bagian dari penyelidikan yang dilakukan hakim di kota Potenza, Italia selatan, kata ANSA dan televisi pemerintah RAI. Kantor berita lain Italia AGI mengatakan, ia ditangkap di kota Lecco di wilayah utara. "Saya sangat terguncang," kata Pangeran Emmanuel Filiberto, putra Victor Emmanuel, kepada sebuah jaringan televisi swasta Italia. "Saya berharap mereka menemukan fakta yang sebenarnya." Victor Emmanuel, yang baru berusia sembilan tahun ketika keluarga kerajaan pergi ke tempat pengasingan, terlibat dalam apa yang disebut ANSA sebagai "persekongkolan kriminal dalam prostitusi". Raja Umberto II dan sisa keluarga kerajaan Savoy pergi ke tempat pengasingan setelah Perang Dunia II ketika rakyat Italia menolak sistem monarki dan mendukung republik dalam sebuah referendum. Mereka berada di Swiss sampai 2003 ketika Italia mencabut larangan terhadap para pangeran untuk kembali ke negara itu. Rakyat Italia setuju menghapus sistem monarki pada 1946, menghukum keluarga kerajaan karena bekerja sama dengan diktator fasis Benito Mussolini dan karena tindakan memalukan melarikan diri dari Roma untuk menghindari pasukan Jerman yang melakukan penyerbuan. Orang-tua Victor Emmanuel, Raja Umberto II dan Ratu Maria Jose, memerintah Italia hanya selama 27 hari sebelum pelaksanaan referendum yang mendukung sistem republik pada 2 Juni 1946. Raja Victor Emmanuel III, dalam upaya terakhir untuk menyelamatkan dinastinya, turun takhta sebulan sebelumnya untuk mendukung penobatan putranya, demikian Reuters.(*)
Editor: Suryanto Copyright © ANTARA 2006
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) berusaha meyakinkan publik soal kesehatan ayahnya, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, yang akan menjalani pemeriksaan lanjutan untuk infeksi paru-paru yang dideritanya.
Laporan kantor berita resmi Saudi Press Agency (SPA), seperti dilansir AFP, Rabu (9/10/2024), menyebut MBS "meyakinkan semua orang tentang kesehatan" Raja Salman yang kini berusia 88 tahun. Hal ini disampaikan MBS setelah memimpin rapat kabinet mingguan.
MBS, sebut laporan SPA, menyampaikan "apresiasi kepada semua orang yang bertanya soal kesehatan ayahnya".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Minggu (7/10), media pemerintah Saudi melaporkan bahwa Raja Salman menderita infeksi paru-paru dan akan menjalani serangkaian pemeriksaan "berdasarkan rekomendasi dari klinik kerajaan".
Raja Salman naik takhta sejak tahun 2015, meskipun MBS menjadi ahli waris takhta pertama pada tahun 2017 dan bertindak sebagai pemimpin Saudi sehari-hari.
Saudi sebagai eksportir minyak mentah terbesar di dunia, selama bertahun-tahun berupaya meredam spekulasi mengenai kesehatan Raja Salman.
Otoritas Kerajaan Saudi mengungkapkan pada Mei lalu bahwa Raja Salman menderita infeksi paru-paru, suhu tinggi dan nyeri sendi, serta sedang menjalani program pengobatan yang melibatkan antibiotik. Segera setelah itu, diumumkan oleh Riyadh bahwa Raja Salman telah pulih.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Jakarta, CNBC Indonesia - Skandal baru kembali menyeret nama Putra Mahkota Arab Saudi Muhammed bin Salman Al Saud (MBS). Bahkan ini pun menyangkut sang ayah, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud.
Hal ini terkait dekrit yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi di 2015, yang memulai perang yang telag berlangsung bertahun-tahun di Yaman, dengan pemberontak Houthi. MBS disebut telah memalsukan tanda tangan sang ayah untuk meng-goal-kan perang tersebut.
Pernyataan awal dimuat seorang mantan pejabat Arab Saudi, Saad al-Jabri. Ia sendiri merupakan mantan mayor jenderal dan pejabat intelijen yang kini tinggal di pengasingan di Kanada.
Arab Saudi sendiri melabelinya sebagai "mantan pejabat pemerintah yang didiskreditkan". Ia berselisih dengan kerajaan di mana kedua anaknya kini dipenjara.
"Saya bukan pembangkang, dan saya juga tidak menempatkan diri saya dalam situasi ini atas pilihan saya sendiri," kata al-Jabri dimuat Associated Press (AP), Selasa (20/8/2024).
"Saya adalah pejabat tinggi Arab Saudi yang mengabdikan diri untuk menjaga negaranya, yang dikenal karena menyelamatkan ribuan nyawa warga Saudi dan Barat. Sekarang saya adalah seorang ayah yang melakukan segala yang mungkin untuk mengamankan pembebasan anak-anaknya," tambahnya.
Tuduhannya ke MBS muncul kala pria yang kini menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Arab Saudi itu menjadi Menteri Pertahanan. Ia dikatakan sering bertemu dengan sejumlah pemimpin menggantikan Raja Salman yang sudah sepuh.
Ia mengatakan dari sumber "yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan" di Kementerian Dalam Negeri Saudi, MBS menandatangani dekrit yang menyatakan perang menggantikan ayahnya. Padahal itu tidak dibenarkan.
Secara rinci, ia berujar awalnya memang terjadi kesepakatan dengan AS di bawah kepemimpinan Barrack Obama kala itu. Di mana Arab Saudi diminta "meluncurkan "kampanye pemboman udara untuk menghilangkan ancaman Houthi, membangun pencegahan dan memaksakan proses politik tanpa intervensi darat".
Awalnya, mantan bosnya, Menteri Dalam Negeri Arab Saudi saat itu, Pangeran Mohammed bin Nayef, memimpin sebuah pertemuan di Arab Saudi untuk meresmikan rencana tersebut. Namun klausa tanpa intervensi darat ditolak MBS dengan ketidaksenangan.
"Namun, Pangeran Mohammed bin Salman menanggapi dengan ketidaksenangan yang nyata pada pertemuan itu dan mengatakan ia dapat mengalahkan Houthi dalam dua bulan melalui serangan darat," klaim Al-Jabri.
"Anehnya, perintah kerajaan kemudian dikeluarkan, yang membatalkan rencana yang disepakati dan mengesahkan operasi darat. Tanpa sepengetahuan raja dan dengan tanda tangan palsu," ujarnya lagi.
Perlu diketahui perang Arab Saudi dengan pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran, sudah berlangsung hampir satu dekade. Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 150.000 orang dan menciptakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Houthi sendiri kini kerap melancarkan operasi di Laut Merah, seiring memanasnya Perang Gaza, dengan menembakkan sejumlah artileri ke kapal-kapal terkait Israel dan Barat. Houthi mengklaim tindakannya sebagai protes akibat serangan di Gaza dan akan berhenti seiring perdamaian di kantong Palestina itu.
Pangeran Mohammed bin Nayef awalnya merupakan Putra Mahkota Arab Saudi. Namun ia diganti dengan MBS tahun 2017 dan diyakini menjadi tahanan rumah.
Sementara itu, Al-Jabri sendiri telah mengugat MBS di pengadilan federal AS. Ia menuduh pemimpin de facto Arab Saudi itu berusaha membunuhnya setelah ia melarikan diri ke luar negeri.
"Ia merencanakan pembunuhan saya," kata al-Jabri kepada BBC.
"Ia tidak akan beristirahat sampai ia melihat saya mati. Saya tidak meragukannya," tudingnya.
"Berdiam diri hanya memperburuk keadaan, jadi saya tidak punya pilihan selain berbicara demi kesejahteraan anak-anak dan negara saya," kata al-Jabri.
Saksikan video di bawah ini:
Video: Kapal Perang AS Tembak Jatuh Rudal-Drone Houthi di Teluk Aden
- Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Nayef, telah diganti. Dekrit Kerajaan Saudi menyatakan, Mohammed bin Salman, yang merupakan putra Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, kini diangkat sebagai Putra Mahkota yang baru.
Pengumuman mengejutkan ini disampaikan oleh
(SPA) sebagai kantor berita resmi Saudi dan kemudian disiarkan via televisi nasional Saudi. Demikian seperti dilansir
Pangeran Mohammed bin Salman, yang sebelumnya menempati posisi Wakil Putra Mahkota, akan menggantikan Mohammed bin Nayef sebagai Putra Mahkota Kerajaan Saudi. Mohammed bin Nayef yang berusia 58 tahun, merupakan keponakan Raja Salman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini berarti, Mohammed bin Salman akan menjadi Raja Saudi selanjutnya, jika Raja Salman tidak mampu lagi memerintah.
Menurut laporan SPA, Pangeran Mohammed bin Salman terpilih sebagai Putra Mahkota yang baru dengan memperoleh suara mayoritas dalam Komisi Suksesi Saudi. Dari 43 anggota Komisi Suksesi Saudi, sebanyak 31 anggota menyetujui Mohammed bin Salman sebagai Putra Mahkota Saudi yang baru.
Dekrit yang dikeluarkan oleh Raja Salman itu juga menyatakan penunjukan Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Naif sebagai Menteri Dalam Negeri Saudi. Posisi itu sebelumnya dipegang oleh Mohammed bin Nayef.
Tidak diketahui pasti alasan penggantian Mohammed bin Nayef sebagai Putra Mahkota Saudi.
Pangeran Mohammed bin Salman merupakan anak Raja Salman dari istri ketiganya. Dia dikenal sebagai salah satu sosok berpengaruh di Saudi. Pangeran Saudi yang masih berusia 31 tahun ini, juga menjabat Menteri Pertahanan (Menhan) Saudi. Dia mencetak sejarah sebagai Menhan termuda di dunia. Pangeran Mohammed juga merupakan sosok yang mencetuskan rencana reformasi ekonomi Saudi.
Wir verwenden Cookies und Daten, um
Wenn Sie „Alle akzeptieren“ auswählen, verwenden wir Cookies und Daten auch, um
Wenn Sie „Alle ablehnen“ auswählen, verwenden wir Cookies nicht für diese zusätzlichen Zwecke.
Nicht personalisierte Inhalte und Werbung werden u. a. von Inhalten, die Sie sich gerade ansehen, und Ihrem Standort beeinflusst (welche Werbung Sie sehen, basiert auf Ihrem ungefähren Standort). Personalisierte Inhalte und Werbung können auch Videoempfehlungen, eine individuelle YouTube-Startseite und individuelle Werbung enthalten, die auf früheren Aktivitäten wie auf YouTube angesehenen Videos und Suchanfragen auf YouTube beruhen. Sofern relevant, verwenden wir Cookies und Daten außerdem, um Inhalte und Werbung altersgerecht zu gestalten.
Wählen Sie „Weitere Optionen“ aus, um sich zusätzliche Informationen anzusehen, einschließlich Details zum Verwalten Ihrer Datenschutzeinstellungen. Sie können auch jederzeit g.co/privacytools besuchen.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
Jakarta, CNBC Indonesia - Kekayaan menjadi aspek yang harus dikejar banyak orang agar tidak jatuh ke dalam jurang kemiskinan. Demikian yang dilakukan Raja Jawa dari Kesultanan Mangkunegaran, Solo, yakni Raja Mangkunegara IV.
Mangkunegara IV (berkuasa, 1853-1881) sebenarnya sudah kaya raya dari sistem feodalisme kerajaan. Namun, demi menambah kas kesultanan dan mencari sumber pendapatan baru, dia alih profesi sebagai pebisnis. Salah satu bisnis yang dilakoni adalah sewa-menyewa rumah. Alias menjadi bos kontrakan.
Daradjadi lewat tulisan berjudul "Melawan Kolonialisme Melalui Modernisasi" yang terhimpun dalam Urip Iku Urub: Untaian Persembahan 70 Tahun Peter Carey (2019) menyebut, Mangkunegara IV kala itu melihat ide bisnis potensial dari kebutuhan orang Belanda akan permintaan rumah.
Jika orang Jawa melihat rumah sebagai aset wajib dimiliki bagi setiap orang dewasa yang sudah berumah tangga, maka orang Belanda berkebalikannya. Selama di Jawa, mereka tidak mau memiliki rumah. Sebab, orang Belanda hanya tinggal sementara di tanah perantauan untuk mencari nafkah.
Alhasil, mereka lebih memilih untuk menyewa dibanding membeli rumah sekalipun mempunyai uang cukup. Toh, jika menyewa mereka tak perlu repot-repot memikirkan aset di Indonesia seandainya harus mendadak pulang kampung ke Eropa. Kerugian pun dapat diminimalisir.
Atas dasar ini, pria bernama asli Raden Mas Sudira tersebut mempunyai gagasan untuk mendirikan rumah-rumah sewa. Caranya dengan membeli tanah kosong dan menyulapnya menjadi perumahan modern.
"Beliau lalu membeli sebidang tanah di wilayah yang dikenal dengan nama Pendrikan. Tanah dibagi menjadi beberapa kavling dan di atasnya didirikan perumahan dengan bangunan bercorak modern," tulis Daradjadi.
Proses pembangunan selesai pada tahun 1874. Seperti sudah diduga, rumah-rumah milik Mangkunegara IV langsung dihuni oleh para penyewa yang mayoritas orang-orang Belanda atau Indo yang bekerja di Semarang.
Pada titik ini, sejarah kemudian mencatat Mangkunegara IV sebagai pengusaha properti pertama alias bos kontrakan pertama di Indonesia. Pria kelahiran 3 Maret 1811 ini menunjuk cucunya, Raden Mas Gondosunaryo, sebagai pengurus dan kolektor. Nantinya, Gondosunaryo akan berperan sebagai bapak kontrakan yang menagih uang hasil sewaan ke para penyewa.
Selain properti, Raja Jawa itu juga bisnis tambak ikan bandeng. Dia menyulap tanah kosong dan mendirikan kolam untuk disewakan ke para petani. Meski begitu, properti dan tambak ikan, hanyalah bisnis kecil yang dimiliki pria asal Solo itu.
Diketahui, bisnis utama Mangkunegara IV adalah gula. Sejarawan Wasino dalam Kapitalisme Bumiputera (2008) menyebut, dia mempunyai dua pabrik gula di Jawa yang bisa memproduksi ratusan ribu ton gula per tahun. Total keuntungan pun setara 1-1,5 ton emas. Jika dalam perhitungan masa kini, berarti keuntungan bisa setara Rp1 triliun.
Semua keuntungan bisnis lantas mencatatnya sebagai orang terkaya Indonesia pada abad ke-19. Ketika wafat, hartanya mencapai 25 juta gulden.
Saksikan video di bawah ini: